Jalan Panjang Erick Samuel Paat Lepas dari Kuasa Aneh

SpiritPerantau.com || SUATU hari di tahun 2009, pengacara senior Erick Samuel Paat sendirian di dalam kamar sebuah hotel di kota Ternate, Maluku Utara. Ia merasa sangat letih. Bukan hanya jasmani, tapi juga rohani.

“Saya sudah capek, Tuhan,” katanya. Ia membuka Alkitab dan berdoa. Dalam diam, ia merasa Tuhan berbicara kepadanya. Memintanya untuk tidak hanya berpusat pada Yesus, tapi juga pada Bapa dan Roh Kudus. Ketiga Pribadi Ilahi tersebut harus dipelajari dan diyakini semuanya.

“Mari Bapa, Putra dan Roh Kudus, masuklah dalam hatiku!” Erick berdoa setelah menyanyikan lagu Haleluya.

Perubahan terjadi dalam dirinya. Pengacara yang selalu menggunakan logika saat menelaah isi Alkitab ini membiarkan Roh Kudus memberikan pengertian tentang isi Alkitab yang sedang ia baca.

“Berilah aku pengertianMu atas firmanMu ini. Tuhan, tolong bersihkan hati saya, lepaskan saya dari semuanya ini,” doanya. Serentak Erick merasa ada kekuatan-kekuatan yang keluar dari dalam tubuhnya. “Banyak dari dalam hati saya diangkat. Pelan-pelan dan sampai sekarang sudah tidak ada lagi,” cerita pria kelahiran Banjarmasin, 30 Januari 1959 ini.

Kejadian di sebuah hotel di Ternate ini menjadi akhir pergumulannya untuk bisa keluar dari kuasa-kuasa gelap yang selama ini “menemaninya” tanpa dia sendiri sadari. Juga menguatkannya untuk hidup penuh dalam tuntunan Tuhan.

Sejak 1984

Pergumulan untuk keluar dari kuasa-kuasa lain yang mencengkramnya mulai di tahun 1984. Suatu hari di bulan November tahun itu, Erick berkunjung ke rumah salah seorang sahabat karibnya. Tapi sahabatnya itu tak ada di rumah. Saat bertemu kembali di keesokan harinya, sahabatnya itu langsung mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang terasa aneh di telinganya.

“Kalau kau mati, kau  masuk surga nggak?” Erick terdiam. Dia ingat, pertanyaan serupa juga pernah ditanyakan sahabat lainnya beberapa tahun sebelumnya. Erick menjawab tentu saja masuk sorga karena ia percaya kepada Kristus. Kan percaya saja merupakan syarat untuk bisa masuk sorga.

“Kelakuan kaya lho, bagaimana mungkin bisa masuk sorga? Kelakuan macam lho ini mati masuk neraka. Bukan hanya kau, tapi juga orangtuamu pun ke sana,” timpal sahabatnya. Erick terdiam. Saat itu ia merasa Roh Kudus bekerja. Ia merasa diliputi ketakutan yang luar biasa.

“Erick, kamu harus datang pada Tuhan, bertobat dan terima Tuhan Yesus,” kata sahabatnya itu. Keduanya lalu khusuk berdoa. Tapi dalam doa, ia melihat ada yang datang mengganggunya.

“Siapa yang datang?” tanya temannya. “Pegangan saya,” jawab Erick. Temannya tahu bila Erick punya banyak pegangan. Erick mulai gelisah.

“Dalam nama Yesus, keluar!” bentak  temannya sambil melempar-lempar bantal ke beberapa  penjuru. Temannya  lalu mengajak Erick ke rumah tantenya di Gunung Sahari  yang memiliki karunia pelepasan (dari roh jahat). Sayang, tantenya tak ada. Berada di boncengan motor temannya, Erick merasa ada banyak kekuatan yang menarik-narik kencang ke belakang saat mereka kembali ke rumah.

“Mereka mencengkram pinggul saya dan berusaha menarik-narik saya ke belakang. Saya rangkul pinggul teman saya lebih kencang lagi.  Kalau tidak, kami pasti jatuh ke aspal dan mati dalam dosa lalu masuk neraka,” cerita Erick.

Menyusul pernyataan pertobatannya pada November 1984, ia mulai mengikuti Persekutuan Doa di Kampus UKI. Pertama kali mengikuti persekutuan, ia merasa seolah berada di tempat yang sangat asing.  Membuka kitab suci sesuai permintaan pembicara pun sulit baginya, karena baru kali itu dia membuka-buka kitab suci.

Ia sempat dilayani dalam pelayanan okultisme (pengusiran kuasa gelap) oleh seorang penginjil kharismatik Sam Sikitari.

Pada kesempatan lain, Erick mengajak seorang teman lainnya — yang menurutnya menyimpan banyak kuasa gelap – ke seorang tantenya yang juga memiliki kemampuan untuk mengusir kuasa  gelap.

“Bukan dia, tapi kamu yang harus dilepaskan dari kuasa gelap,” katanya. Erick heran, karena dia yakin sudah dibersihkan oleh pak Sam Sikitari. Ibarat pohon, kata dia, hanya pucuk-pacuk saja yang dipangkas, sementara pokoknya belum.

Erick dimasukkan ke kamar, didoakan. Disuruh mengusir kekuatan lain yang ada dalam dirinya dengan menyebut nama Yesus. Tapi ia tidak bisa mengungkapkannya, meski hanya dalam hatinya. Semuanya seperti terkunci dan dikunci. Ia hanya bisa terdiam dan kemudian tak ingat  apa-apa lagi.

“Mungkin terjadi pertempuran antara Roh Kudus dan roh jahat,” kata Erick. Menurut cerita teman-temannya, saat itu terdengar ledakan-ledakan kecil dari dalam kamar, tempat pelepasan terjadi. Diiringi lolongan suara anjing bersahut-sahutan. Jam duduk pun terus berbunyi dan terjatuh ke lantai.

“Roh jahat tidak akan pernah lepas dengan sukarela. Mereka seperti mafia, terus mencengkeram dan melipatgandakan kekuatannya. Dan mencari waktu yang tepat untuk menyerang kembali kita. Karena itu jangan main-main dengan roh jahat,” kata Erick.

Tak Percaya Tuhan

Erick mengaku bila kekuatan-kekuatan jahat susah keluar dari dalam dirinya karena dia sendiri tak sungguh percaya Tuhan.

Setelah tamat SMA di Samarinda, pria pendiam yang selalu bergaul dalam kelompok terbatas – paling banyak 5 orang – ini merantau ke Jakarta pada 1977.

“Sebetulnya saya ‘dibuang’ karena kalau saya tetap di Banjarmasin, maka saya tidak akan jadi apa-apa karena saya memang  sangat bandel,” katanya.  Ia ke Jakarta dengan sinisme dari para  pendidiknya di SMA yang sama sekali tidak percaya akan kemampuan akademisnya. Ibarat “atap sirap jadi seng”, mereka menganggap Erick sulit meraih sukses dalam belajar.

Di ruang kerja ditemani buku dan patung dewi keadilan

Sinisme itu membuatnya terpacu dalam meraih prestasi akademis. Masuk di Akademi Ilmu Keuangan dan Perbankan (AIKP), ia berhasil lulus tepat waktu. Prestasi akademisnya sangat bagus, tapi ia mengaku bila kebiasaan konsumsi minuman kerasnya tak surut.  Itu dilakukan karena dia sama sekali tak percaya Tuhan.

“Manusia ada karena Tuhan. Kalau Tuhan ada karena siapa?” tanya dia selalu. Ia sama sekali tidak percaya Tuhan. Ia kerap mengumpulkan teman-temannya sambil memengaruhi keimanan mereka.

“Coba minta permen sama Tuhan, tidak ada kan? Coba kalian minta sama saya, ada kan?”  katanya sambil membagikan permen kepada teman-temannya.  “Saya bilang Tuhan nggak ada. Kalau ada, pasti ada asal-usulnya dan bisa mengabulkan permintaan kita,” katanya saat itu.

Lulus dari AIKP, atas restu orangtua, ia melanjutkan studi tingkat sarjana di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI). Prestasi akademisnya bagus,  tapi kebiasaan buruknya tetap terpelihara karena memang  tidak memercayai Tuhan, satu-satunya Pribadi yang mampu merubah hati seseorang.

Ketidakpercayaan itu berhenti ketika di tahun 1984 tadi, Tuhan menjamahnya  setelah dia diinjili oleh salah seorang sahabat karibnya.

Bapa, Putera dan Roh Kudus

Imannya kian kuat berkat kesadaran-kesadaran baru yang dibukakan oleh Roh Kudus. Salah satunya adalah pentingnya memusatkan diri bukan hanya pada Putera atau Tuhan Yesus, tapi juga pada Allah Bapa dan Roh Kudus.

Dalam Kejadian, kata dia,  kita mengalami Allah yang menciptakan, Allah  pencipta. Lalu Yesus sebagai Juru Selamat. Dan Roh Kudus sebagai penolong. Kita harus mengenal ketiganya agar dapat bertahan dalam cobaan.

“Hidup ini ‘kan penuh dengan godaan hedonisme, bagaimana kita  bisa bertahan kalau tidak dipelihara oleh ketiga Pribadi itu. Saya pernah ditawari mobil seharga  6,5 miliar rupiah asalkan mau kerja sama. Tapi saya tidak mau, saya lepas. Saya tidak mau lepaskan keselamatan saya hanya untuk melayani hedonisme,” ujar  Erick sembari menegaskan pentingnya hidup melekat pada Tuhan.

Tuhan, tambah dia lagi,  tidak pernah berjanji  untuk membuat orang menjadi kaya. Dalam doa Bapa Kami misalnya, yang dipohonkan adalah rezeki untuk hari ini atau “makanan kami yang secukupnya”, bukan berlebihan.

“Sama seperti  bangsa Israel waktu keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian. Tuhan bilang pilih makanan secukupnya, untuk hari ini saja. Ada yang curang dan mengambil lebih, eh besok pagi sudah  busuk. Yang kita cari itu KerajaanNya, bukan kekayaan. Semua perkara yang saya bela selama ini, diberikan Tuhan tepat waktu,” katanya. (Paul MG).

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*