
JAKARTA,SpiritPerantau.com—JEJAK heroisme yang telah ditunjukkan oleh Herman Yoseph Fernandez dalam lintasan sejarah kemerdekaan Republik Indonesia hingga serah nyawa demi tegaknya Republik Indonesia yang baru saja lahir saat itu, menguatkan dukungan publik agar pria Lamaholot kelahiran Ende, Flores, NTT, 3 Juni 1925 ini disahkan sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia.
Hal itu mengemuka dan menjadi kesimpulan dari Seminar Nasional bertajuk “Sosok dan Kepahlawanan Herman Yoseph Fernandez Pejuang Era Revolusi, Cahaya dari Timur Untuk Indonesia” yang digelar di Aula Soerjadi, Gedung PPAD (Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat), Jl. Matraman Raya, Jakarta, Sabtu (14/12/2024) yang lalu.
Hadir sebagai pembicara utama Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI (Purn.) Kiki Syahnakri, Dr. Yoseph Yapi Taum dan sejarawan Prof. Asvi Warman Adam. Dimoderatori wartawati senior Hermien Y. Kleden, seminar ini juga menghadirkan beberapa penanggap utama, antara lain Dr. Inosentius Samsul, SH, M.Hum; Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum; Brigjen TNI M. Syech Ismed, SE, M.Han; Laksma TNI Dr. Hariyo Poernomo SE, MM, M.Tr.Opsla, M.Han, Brigjen TNI (Purn.) Andreas R. Mere. Sementara mantan Gubernur NTT Mayjen TNI (Purn.) Herman Musakabe menanggapinya secara daring.
Heroisme Herman Yoseph Fernandez paling menonjol dalam peristiwa pertempuran sengit, hidup-mati, di Desa Sidobunder, Kebumen, Jawa Tengah, atau yang dikenal dengan sebutan Palagan Sidobunder yang memuncak pada tanggal 2 September 1947.
Sebagai bagian dari Tentara Pelajar, Herman yang ditempatkan di Desa Sidobunder, berperang di garis depan di Front Barat Yogyakarta, wilayah yang menjadi titik lemah pertahanan Indonesia dan menjadi fokus serangan Belanda. Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu, Herman bersama rekan-rekan Tentara Pelajar memberikan perlawanan heroik. Pertempuran menewaskan 19 pejuang, termasuk 16 anggota Tentara Pelajar.
Korban di pihak tentara Belanda juga banyak, bahkan Kapten Nex, pemimpin penyerangan dari jalur Barat itu juga tewas. Herman kemudian ditangkap oleh Pasukan Belanda dan ditembak mati karena dituduh telah menembak mati pemimpin pasukan Belanda tersebut.

Menurut Letjen TNI (Purn.) Kiki Syahnakri, peristiwa Palagan Sidobunder dan tewasnya Kapten Nex menjadi faktor penghambat gerak maju pasukan Belanda dari arah barat Yogyakarta. Jika tidak ada situasi itu, maka tentara Belanda mungkin saja dengan mudah menembus Yogyakarta dari arah barat dan menguasai ibu kota Republik Indonesia itu yang berarti juga menghapus eksistensi Republik Indonesia yang baru diproklamasikan.
“Inilah peran penting dari Palagan Sidobunder serta pengorbanan para pejuang, utamanya Tentara Pelajar yang salah satu pimpinannya adalah Yoseph Herman Fernandez, dalam rangka mempertahankan Ibu Kota Negara Yogyakarta yang juga berarti mempertahankan eksistensi dari Kemerdekaan Indonesia,” jelasnya.
Telah mendapat legitimasi
Hiroisme dan kepahlawanan secara aktual telah diakui secara tegas oleh Pemerintah Indonesia maupun pemerintah daerah. Seperti tertuang dalam Ringkasan Eksekutif “Naskah Akademik German Yoseph Fernandez Cahaya dari Timur Indonesia” yang ditulis terdapat beberapa bukti untuk itu.
Pertama, ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta, tak jauh dari makam sejumpah tokoh dan pahlawan nasional, khususnya Jederal Besar Soedirman, Jenderal TNI (Anumerta) Urip Sumoharjo, Pahlawan Revolusi Brigadir Jenderal TNI (Anumerta) Katamso Darmokusumo dan Kolonel Inf. (Anumerta) Sugiyono Mangunwiyoto serta Cornel Simanjutak.
Kedua, dalam sejumlah monumen dan tugu peringatan sejarah kemerdekaan Indonesia, terukir tegas nama Herman Yoseph Fernandez. Antara lain Monumen Sidobunder, Monumen Tentara Pelajar Kebumen, Monumen Yogya Kembali, Prasasti di Taman Makam Pahlawan Kuusumanegara, dan Makam Herman Yoseph Fernandez di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta.
Ketiga, nama Herman Fernandez dan kisah Palagan Sidobunder telah diabadikan dalam buku “Peranan Pelajar dalam Perang Kemerdekaan” yang diterbitkan oleh Pusat Sejarah dan Tradisi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Juga dalam buku “Gelegar di Bagelen”, Perjuangan Resimen XX Kedu Selatan 1945-1949 dan Pengabdian Lanjutannya yang disusun oleh Ikatan Keluarga Resimen XX Kedu Selatan.
Keempat, Herman Yoseph Fernandez juga diabadikan dalam bentuk patung peringatan di Larantuka, patung kepala di Taman Bung Karno Ende, nama sebuah ruas jalan di Larantuka, serta nama dua buah sekolah TKK di Adonara, Flores Timur.
“Jadi sebetulnya secara de fakto, Herman Yoseph Fernandez adalah pahlawan nasional. Namun de jure, pemberian gelar pahlawan nasional masih dalam pengusulan, termasuk melalui tahap penyelenggaraan seminar nasional ini,” kata Dr. Yoseph Yapi Taum.
Pahlawan Indonesia dari Flores
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pahlawan Nasional menyebutkan beberapa persyaratan penobatan seseorang sebagai pahlawan, baik persyaratan umum maupun khusus. Menurut persyaratan umum, calon haruslah Warga Negara Indonesia (WNI), memilik integritas moral, berkelakuan baik, setia kepada negara, dan tidak pernah dipidana untuk tindak pidana khusus.
Sementara persyaratan khusus lebih mengarah kepada pencapaian perjuangan, seperti pernah memimpin perjuangan bersenjata atau perjuangan politik yang memberi dampak nasional, serta memiliki karya atau gagasan besar yang mendukung pembangunan negara.
Herman Yoseph Fernandez, tulis Ringkasan “Naskah Akademik German Yoseph Fernandez Cahaya dari Timur Indonesia” tersebut, memenuhi syarat yang ditetapkan Undang-undang itu.
“Ia merupakan WNI yang berjuang dengan gigih dalam mempertahankan kemerdekaan RI, khususnya dalam Palagan Sidobunder, Kebumen. Dalam perjuangan, dia integritas moral yang tinggi, terutama ketika ia rela tertangkap untuk menyelamatkan teman seperjuangannya, Alex Rumambi, dan mengaku sebagai pelaku penembakan seorang perwira Belanda untuk melindungi rekan lainnya.”
Urgensi untuk menobatkan Herman Yoseph Ferenandez kian kuat, oleh kenyataan bahwa dalam lintas perjalanan NKRI yang sangat panjang ini, belum ada satu pahlawan pun yang berasal dari Pulau Flores. Padalah tak sedikit jumlah para pejuang NKRI, yang telah merelakan nyawa demi Indonesia, yang berasal dari pulau bunga ini.
“Keterwakilan dalam segala aspek kehidupan berbangsa-bernegara adalah kata kunci dari upaya pemeliharaan atau peningkatan ‘Persatuan Indonesia’, termasuk keterwakilan dalam hal pemberian gelar Pahlawan Nasional. Belum semua daerah di Indonesia memiliki Pahlawan Nasional yang mewakili daerahnya, termasuk Pahlawan Nasional yang mewakili masyarakat Flores,” kata Letjen TNI (Purn.) Kiki Syahnakri.
Ia mendorong pemerintah dan seluruh masyarakat NTT untuk berjuang keras agar terlaksana pemberian gelar Pahlawan Nasional bagi Yoseph Herman Fernandez ini. (Paul MG).
Be the first to comment