
SpiritParantau.com || Terkait ketidakjelasan nasib 7 Anak Buah Kapal (ABK) yang hilang di Perairan Mauritius, Afrika Timur setahun silam, Lembaga Hukum dan HAM Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian Indonesia (PADMA) mendesak Presiden Joko Widodo untuk segera berkoordinasi dengan Presiden Mauritius.
Koordinasi tersebut dilakukan untuk meminta klarifikasi tertulis Nakhoda dan ABK Kapal asal Vietnam melalui Kepolisian Mauritius terkait keberadaan 7 ABK asal Indonesia. Apakah masih hidup atau sudah meninggal. Bila telah meninggal, apakah mereka meninggal karena dibunuh dan dibuang ke laut atau dikuburkan di daratan Mauritius?
“Apabila masih hidup maka mereka segera dikembalikan ke Indonesia, tetapi jika mereka telah dibunuh dan dibuang ke laut maka kami mendesak Kepolisian dan Aparat Penegak Hukum di Mauritius untuk segera memproses hukum dan menghukum seberat-beratnya yakni Hukuman Seumur Hidup kepada Nakhoda dan ABK asal Vietnam yang masih hidup dan sedang ditahan serta diproses hukum di Mauritius,” tulis Gabriel Goa, Ketua Dewan Pembina PADMA INDONESIA yang mewakili dua keluarga asal Belu, Nusa Tenggara Timur, dalam rilis mereka.

PADMA juga mendesak Presiden dan Kepolisian Mauritius untuk memberikan keterangan resmi kepada publik terkait keberadaan 7 ABK Asal Indonesia melalui keterangan tertulis Nakhoda dan ABK asal Vietnam yang masih hidup dan saat ini masih ditahan pihak Kepolisian Mauritius.
Keributan di Kapal Ikan WeiFa
Harapan yang sama diungkapkan Gabriel Ulu Tunabenani, ayah salah seorang ABK yang hilang di Mauritius, Phiter Tunabenani (27). Gabriel sudah hampir setahun tak mendengar kabar tentang keberadaan anaknya yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK).
Ia mengaku sudah meminta bantuan pada Kementerian Luar Negeri, namun belum ada kepastian keberadaan anaknya.
“Karena itu, kami minta Pak Jokowi tolong bantu pulangkan anak kami,” ujar Gabriel kepada Kompas.com, Senin (7/2/2022) siang. Namun bila sudah meninggal, pihaknya meminta agar jasadnya segera dikirim kepada keluarga.
Menurut Gabriel, hilangnya sang anak bermula dari adanya keributan antara ABK kapal mandor dan kapten kapal asal Vietnam. Keributan antara anaknya bersama enam orang rekannya dengan warga Vietnam itu terjadi di kapal ikan WeiFa yang sedang bersandar di area pelabuhan Port Louis Mauritius.
Akibat keributan itu, anaknya mengalami luka di bagian wajah karena terkena bacokan. Anaknya sempat mengirim foto wajahnya yang luka terkena bacok ke grup Whatsapp pekerja Indonesia. Kemudian, foto itu diteruskan sampai ke keluarga. Setelah itu, kata Gabriel, anaknya bersama enam orang rekan hilang kontak hingga saat ini. (SP/01)
Be the first to comment